Respon Orang Tua Bila Anak Terjatuh

Restu Arif Priyono
4 min readJun 18, 2020

Sebagai orang tua, tentu kita khawatir ketika terjadi hal yang tidak mengenakkan pada anak kita, baik secara fisik maupun mentalnya, seolah-olah kita merasakan apa yang sedang dialaminya. Itu merupakan naluri orang tua, dan merupakan hal yang wajar. Namun, respon kita dalam menanggapi kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anak merupakan hal yang perlu kita perhatikan, karena hal tersebut menjadi pelajaran dan contoh bagi anak.

Respon kita akan membekas pada anak untuk waktu-waktu yang akan datang. Misalnya, ketika anak terjatuh kemudian kita cenderung untuk menyalahkan benda yang membuatnya jatuh, bisa jadi di masa dewasanya, anak cenderung untuk menyalahkan lingkungan atau orang lain yang menyebabkan dirinya terjatuh, bukannya fokus pada solusi untuk memperbaiki keadaan. Tulisan ini akan membagikan beberapa hal yang mungkin bisa menjadi pengingat untuk kita agar menjadi orang tua yang lebih bijak ketika anak kita terjatuh secara fisik. Harapannya, ini juga dapat diimplementasikan ketika anak terjatuh secara mental. Jadi, apa yang perlu kita lakuukan ketika anak terjatuh?

1. Segera Berikan P3K

Hal yang paling penting dan utama adalah segera memberikan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Segera periksa separah apa lukanya, dan berikan pengobatan sesuai dengan luka yang diderita. Apabila lukanya cukup parah, bahkan sampai ada tulang yang patah, sedangkan kita tidak tahu bagaimana cara menanganinya, segera panggil petugas medis atau bawa ke dokter terdekat.

2. Tenangkan Anak, Jangan Dimarahi

Apabila kita tahu bahwa luka yang dialami anak masih tergolong luka ringan, maka di sinilah peran kita untuk menenangkan anak. Karena saking khawatirnya, biasanya kebanyakan orang tua malah memarahi anaknya. Hal ini dilakukan sebenarnya agar anak tidak melakukan hal berbahaya bagi dirinya lagi, sehingga ekspresi yang diungkapkan orang tua adalah memarahi anak.

Dalam kondisi sedang terjatuh, anak sedang mengalami luka fisik. Kalau kita salah cara memarahinya dengan mengatakan hal-hal yang menyakiti hatinya, bisa jadi hal tersebut hanya akan menambah luka mentalnya. Sudah luka fisik, ditambah lagi luka mental yang membebaninya. Apabila ini yang terjadi, tidak heran apabila di kemudian hari anak jarang berkomunikasi atau curhat masalah-masalahnya dengan kita, karena tahu bahwa ketika anak curhat hanya akan “dimarahi”, padahal yang dibutuhkan anak saat itu adalah ditenangkan.

Cara menenangkan anak bisa dengan memeluknya, mengusap bagian yang sakit, atau sekadar menatap dengan empati. Hal ini untuk menunjukkan bahwa anak tidak sendiri, dan orang tuanya ada bersamanya ketika terjatuh. Hal ini akan menguatkan anak di kemudian hari, karena yakin apabila dia terjatuh, orang tuanya ada untuk mendukungnya. Tentu seringkali hal ini tidak mudah bagi orang tua, karena bawaannya gemas, khawatir, bahkan panik. Apabila sudah terlanjut terjadi respon yang berlebihan, tidak perlu stress, kita perbaiki saja di kesempatan selanjutnya.

3. Tolong Anak Untuk Kembali Bangkit, dan Tidak Berekspresi Berlebihan

Seringkali yang membuat anak menangis ketika terjatuh adalah teriakan atau ekspresi kita yang berlebihan. Bisa jadi anak kaget, dan akhirnya menangis. Padahal, kalau kita berekspresi dengan wajar, anak mungkin tidak menangis. Bukan berarti orang tua tidak boleh berekspresi, karena hal berekspresi sangat wajar untuk merespon kejadian tertentu. Namun, ada ekspresi-ekspresi positif dan ada pula yang negatif.

Ekspresi negatif contohnya teriakan atau bahkan memukul anak. Sebenarnya, orang tua tidak berniat untuk memukul anak, hanya karena khawatir saja, tapi anak yang menerima pukulan atau cubitan itu merasa yang dilakukan adalah ungkapan ketidaksukaan padanya, sehingga anak bisa menangis karena hal tersebut. Ekspresi yang positif bisa dengan cara mendekati anak tanpa berteriak berlebihan, memeriksa keadaannya, dan membersihkan bagian yang kotor. Lagi-lagi, untuk melakukan ini, orang tua butuh latihan.

4. Jangan Menyalahkan

Tidak jarang kita mendengar ketika anak terjatuh, orang tua menyalahkan lantai, batu, atau tembok, kemudian memukul benda-benda tersebut karena dianggap nakal. Maksudnya mungkin agar anak tenang bahwa yang menakalinya itu sudah dipukul dan tidak mengganggunya lagi. Apabila itu yang diterima anak mungkin tidak terlalu masalah. Namun, bagaimana kalau di kemudian hari ternyata respon ini mendorong anak untuk menyalahkan keadaan. Setiap kali anak terjatuh, baik secara fisik maupun mental, anak cenderung menyalahkan kondisi atau orang di sekitarnya yang kira-kira menyebabkan dia terjatuh. Padahal, mungkin anak terjatuh karena ketidakhati-hatiannya dalam berjalan.

Dalam kondisi seperti ini, bisa dimanfaatkan orang tua untuk memberikan nasihat untuk berhati-hati dan waspada. Bukan memerintahkan untuk berlari pelan-pelan atau bahkan diam, karena ada usia-usia tertentu anak-anak justru sedang aktif-aktifnya berlari-lari. Apabila didiamkan, akan mengerdilkan fitrahnya dan kemampuannya untuk melatih keterampilan sesuai dengan usianya. Bedakan antara waspada dan takut, waspada artinya mempersiapkan diri sesuai dengan kemampuan untuk mencegah kemungkinan terburuk. Di sisi lain, takut itu menghindari masalah dan tidak mencobanya.

Semoga kita selalu dimampukan untuk menjadi orang tua yang bijaksana dan berhasil mendidik anak sesuai dengan fitrahnya. Aamiin.

Diduplikasi oleh penulis yang sama dari:

https://lembahlebah.wordpress.com/2020/06/17/respon-orang-tua-bila-anak-terjatuh/

--

--

Restu Arif Priyono

A tech enthusiast with background in Software Engineering and Business. Currently as a CEO of Techlab.